Oleh: Catur Fachul Ulum
Ketika gedung kembar WTC di Amerika menjadi sasaran pesawat, serentak media-media Barat memberitakan hal itu dengan membandingkan kejadian Pearl Harbour. Serangan Jepang terhadap pangkalan militer Amerika di sana adalah alasan bagi Amerika untuk terjun langsung ikut dalam perang dunia ke dua. Dengan analisa yang tidak jauh berbeda, oleh media Barat, penyerangan kedua gedung itu adalah dimulainya peperangan Amerika melawan teroris. Di saat orang masih berpikir tentang bagaimana hal itu terjadi dan kesedihan anggota keluarga korban, media telah melangkah lebih jauh mereka-reka kapan Amerika akan memulai peperangan dengan teroris. Sebuah usaha yang perlu dipertanyakan tentang kelurusan niatnya. Apakah pemberitaan ini tidak dipersiapkan sejak sebelumnya?
Sayangnya untuk klaim yang sebesar itu pemerintah Amerika sendiri sampai saat ini belum membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kejadian 11 September sampai tuntas. Bandingkan dana yang dikeluarkan untuk menyelidiki kejadian itu yang hanya menghabiskan biaya 600.000 dolar sementara dana yang dikeluarkan untuk melakukan investigasi terhadap skandal Clinton sekitar 40.000.000 dolar. Sebuah dana yang sangat tidak sebanding untuk klaim besar bahwa kejadian 11 September adalah tiket masuk Amerika untuk melakukan penyerbuan mencari kaum muslimin di seluruh dunia dengan alasan teroris.
Ayah Bush sendiri ketika Irak menginvasi Kuwait untuk melakukan penyerangan ke Irak tidak mendapatkan suara mutlak melainkan hanya setengahnya saja sementara setengah lainnya menolak. Skenario pun disusun. Seorang suster diminta untuk mengutarakan apa yang terjadi di Kuwait. Dengan menangis tersedu-sedu seakan-akan mengingat apa yang terjadi, suster berumur 15 tahun ini menceritakan bagaimana kekejaman Saddam membom rumah sakit dan menjarah inkubator bersama anak-anak bayi. Masyarakat Amerika dengan air mata seorang suster berumur 15 tahun memberikan izin kepada pemerintahnya untuk menginvasi Irak. Ternyata diketahui bahwa suster wanita berumur 15 tahun itu adalah anak duta besar Kuwait untuk Amerika yang pada kejadian invasi Irak ke Kuwait tidak berada di
sana.
Pangkalan udara Andrewssana.
Pangkalan udara Andrews adalah sebuah pangkalan yang berjarak sekitar 20 kilo meter dari Washington yang dipersiapkan untuk berjaga-jaga bila ada hal-hal mencurigakan di atas udara ibu kota. Dengan melihat peta penerbangan pesawat-pesawat ‘teroris’, salah satunya yang menghantam Pentagon, take off nya dari Washington sendiri. Dan bila ia akan menuju Pentagon untuk melakukan tugasnya itu berarti ia akan melewati di atas gedung putih. Bagaimana mungkin menara pengawas tidak akan secepatnya memberitahukan ada yang tidak beres dengan pesawat boeing 757 yang diklaim menabrakkan dirinya ke Pentagon. Bahkan sampai dua jam setelah peristiwa itu tidak ada pesawat-pesawat tempur dari pangkalan udara Andrews yang mengudara untuk mengantisipasi kemungkinan penyerangan lain. Pangkalan udara yang khusus untuk menanggulangi kondisi darurat di sekitar Washington telah menyiapkan dua skuadron tempur dan penyergap yang siap setiap saat dan diperkuat dengan senjata lengkap.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kekuatan angkatan udara Amerika terlihat tidak melakukan reaksi mengatasi kondisi ini?
Ada dua jawaban untuk pertanyaan ini. Pertama, kelemahan sistem. Oleh para peneliti disebutkan kemungkinannya adalah satu per empat puluh juta. Michael C. Rupport salah seorang detektif yang paling pertama melakukan penyelidikan atas masalah ini dan ia mendapatkan data dari angkatan udara Amerika bahwa saat itu terjadi manuver bersama dengan Kanada yang skalanya termasuk besar. Di samping itu ada juga manuver-manuver lain di Barat dan Utara Alaska dan Timur Laut Amerika. Namun tetap saja manuver-manuver belum memberikan jawaban memuaskan bagaimana bisa pesawat yang menghantam Pentagon dengan leluasa terbang di atas gedung putih.
Kedua, unsur kesengajaan. Dan ini oleh mereka yang melakukan penyelidikan serius mengenai kejadian tersebut memberikan kepastian. Hanya unsur kesengajaan sajalah yang mampu menafsirkan fenomena ini.
Bangunan nomor tujuhPada peristiwa 11 September ada sebuah bangunan yang juga ikut hancur yang disebut dengan bangunan nomor tujuh. Sebuah bangunan bertingkat 47 dan tiang-tiang pancangnya terbuat dari besi. Bangunan nomor tujuh juga ikut rata dengan tanah dan ketika ditanyakan, pemerintah Amerika menjawab hal itu karena kebakaran yang terjadi di gedung kembar merambat ke gedung nomor tujuh. Tentunya, jawaban ini menimbulkan tanda tanya besar di kepala para arsitektur yang belum pernah melihat ada sebuah bangunan yang hancur luluh lantak hanya dikarenakan sebuah kebakaran. Seandainya terbakar setidak-tidaknya tiang pancangnya masih tetap berdiri.
Dengan melihat bukti foto-foto yang diambil pada peristiwa 11 September, dapat dilihat dengan jelas bahwa api terlihat di gedung nomor tujuh semenjak jam 8.30 pagi. Namun api yang terlihat hanya terjadi pada sebagian gedung dan itu pun kecil. Sampai pada jam 3 siang api belum juga dimatikan. Pertanyaan yang timbul dengan api yang tidak terlalu besar itu bagaimana bisa sistem pemadam kebakaran gedung tersebut tidak bekerja secara otomatis untuk memadamkan kebakaran. Bahkan ketika gedung secara keseluruhan runtuh sekitar jam 5.25 sore tidak ada tanda-tanda usaha untuk memadamkan api.
Para peneliti hanya dapat menyimpulkan bahwa kebakaran seperti itu tidak akan dapat menghancurkan sebuah bangunan yang tiang pancangnya terbuat dari besi. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh ledakan bom yang diatur dengan sangat rapi berminggu-minggu sebelumnya. Hanya dengan demikian bangunan sebesar itu dapat rata dengan tanah.
Para peneliti hanya dapat menyimpulkan bahwa kebakaran seperti itu tidak akan dapat menghancurkan sebuah bangunan yang tiang pancangnya terbuat dari besi. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh ledakan bom yang diatur dengan sangat rapi berminggu-minggu sebelumnya. Hanya dengan demikian bangunan sebesar itu dapat rata dengan tanah.
Misteri pesawat penabrak WTC
Gedung kembar WTC hancur rata dengan tanah. Penyebabnya diakibatkan oleh tubrukan dua buah pesawat. Yang satu menabrak menara bagian Utara dan yang satunya menghancurkan bagian selatan. Masyarakat dunia hanya memahami bahwa tubrukan itulah penyebab hancurnya gedung kembar tersebut. Padahal bila diperhatikan dengan seksama akan terlihat ada keganjilan-keganjilan pada kedua pesawat tersebut.
Keadaan yang sama dengan kedua pesawat tersebut adalah sebelum menabrak gedung ada bunyi ledakan dari masing-masing pesawat. Klaim ini dapat dibuktikan dengan merunut secara teliti dan perlahan-lahan rekaman yang ada tentang peristiwa tersebut. Dan yang kedua dengan wawancara para wartawan dan siaran televisi yang menyebutkan bahwa sebelum terjadi tabrakan orang-orang dikejutkan dengan suara ledakan. Baik pembawa acara televisi maupun orang-orang yang diwawancarai sama mengucapkan kata ‘explosion’. Itu sebelum pemerintah dan media Amerika memberitakan riwayat resmi kejadian 11 September. Riwayat ini tidak pernah memasukkan kata explosion dalam beritanya.
Sebuah site dengan alamat www.letsroll911.org melakukan penyelidikan ulang saat sebelum pesawat mengenai gedung WTC. Gambar-gambar yang didapat lebih banyak merekam kejadian tabrakan kedua yang mengenai bagian selatan gedung WTC. Dalam gambar tersebut ada sesuatu yang aneh pada badan pesawat. Hal itu dikarenakan bagian bawah badan pesawat seperti ada tambahan tangki penyimpanan. Hal itu tidak seperti pesawat boeing lainnya yang perutnya datar tanpa ada tambahan. Tidak dapat dideteksi secara pasti apa itu namun jelas itu adalah tambahan pada badan pesawat yang tidak lazim pada pesawat boeing.
Lebih aneh lagi adalah ketika pesawat akan menyentuh dan menabrak bangunan selatan dari gedung kembar WTC terlihat semburat cahaya dari perut pesawat yang bila diperhatikan lebih seksama cahaya itu datang dari tambahan pada badan bagian bawah pesawat yang tidak lazim itu.
Warga Amerika tentu tidak akan percaya bahwa gedung kembar WTC dihancurkan oleh bom. Oleh karenanya, cahaya itu ditafsirkan sebagai pantulan cahaya ke badan pesawat. Pernyataan ini dapat dibenarkan bila gambar yang didapatkan hanya dari satu arah. Karena dari empat gambar yang diambil dari arah yang berlainan semua menunjukkan satu hal, adanya cahaya sebelum moncong pesawat menyentuh gedung.
Pada menara sebelah Utara tidak didapat gambar yang sedetil pada menara di Selatan. Namun ternyata ada perusahaan film Prancis yang pada saat itu, sedang membuat film dokumenter tentang pemadam kebakaran kota New York. Namun karena jarak yang terlalu jauh tidak dapat dipastikan apakah ada tangki tambahan seperti yang ada pada pesawat yang menabrak menara Selatan atau tidak. Namun yang menarik, dengan mencoba memutar ulang kembali film tersebut ditemukan sesuatu yang aneh. Terdengar suara ledakan yang cukup keras sehingga masyarakat sangat kaget waktu itu dan itu dapat ditangkap dengan munculnya ungkapan ‘explosion’ pada hampir semua orang yang diwawancarai dan para presenter. Lebih menarik lagi, ternyata dengan melambatkan film terlihat bahwa sebelum menyentuh bangunan memang terjadi semburat cahaya dari pesawat dan terdengar ledakan. Hal itu dapat dijelaskan dengan melihat bahwa bayangan pesawat masih sempurna ketika terjadi ledakan. Bahkan moncong pesawat belum bertemu dengan bayangannya. Setelah itu baru pesawat menabrak bangunan. Lebih jelas lagi ketika diputar balik. Bagaimana pesawat setelah keluar dari bangunan kemudian terjadi ledakan.
Jeff King seorang Insinyur dan peneliti memberikan data-data baru bagaimana serpihan-serpihan yang berhamburan ke luar dari bangunan hanya dapat dilakukan dengan ledakan bom dan bukan dengan tubrukan sebuah pesawat. Ia melakukan wawancara dengan penduduk setempat mengenai kegiatan-kegiatan ganjil. Mereka berkata dua Minggu sebelum terjadinya peristiwa 11 September ada kesibukan dari orang-orang yang sepertinya mengerjakan proyek listrik di sana.
Bukti lain menurut Jeff King yang patut dianalisa lebih lanjut adalah mengapa bongkahan-bongkahan bangunan langsung dibersihkan oleh pemerintah sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut. Yang disisakan hanya sekitar 200 potongan yang ditengarai dibiarkan untuk diteliti oleh penyelidik.
Boeing 757, Pentagon dan Konspirasi
Ada satu pertanyaan penting yang sampai saat ini belum dapat dijawab oleh gedung putih. Bagaimana pesawat boeing 757 menghantam Pentagon?
David Von Kleist seorang wartawan melakukan konstruksi ulang dengan kembali melihat rekaman peristiwa yang kerusakan dialami sebagian dari bangunan Pentagon yang diklaim akibat serangan Usamah bin Laden. Hal pertama yang perlu dijelaskan adalah ukuran dari pesawat boeing 757 dan kerusakan yang diakibatkannya. Pesawat boeing 757 memiliki lebar sayap 42 meter dan panjang badan pesawat 52 meter dan tinggi 13 meter. Sementara Tinggi bangunan Pentagon yang diklaim rusak akibat tubrukan pesawat adalah 73 kaki dan lebar kerusakan yang diakibatkannya adalah 65 kaki.
Pertanyaannya menjadi jelas bagaimana pesawat dengan ukuran di atas membuat kerusakan setengah dari besar dirinya. Mestinya, kerusakan yang diakibatkan lebih besar dari itu.Kerusakan Pentagon yang diklaim oleh pesawat akan terasa menggelikan dengan melihat perbandingan di atas. Apa lagi bila ditambahkan bukti-bukti lain bahwa banyak barang-barang dalam bangunan yang tidak tersentuh oleh apapun padahal sekurang-kurangnya pesawat itu membawa sekitar 15 ribu liter bahan bakar yang mudah terbakar.
Gambar-gambar di bawah ini lebih jelas dalam menjelaskan bagaimana klaim Pentagon adalah sebuah kebohongan terhadap negerinya sendiri bahkan dunia yang pada gilirannya membuat ratusan bahkan ribuan warga tidak berdosa di Afghanistan dan Irak yang harus menanggung kebohongan ini. Sebuah kebohongan besar di awal abad 21, abad millenium.
Perhatikan dengan baik-baik bagaimana komputer yang ada masih menyala ketika diambil gambarnya (gb. 1). Meja kayu pun tidak terbakar (gb. 2) bahkan sebuah buku yang terletak di atas bangku kayu tidak menjadi debu disambar api (gb. 3)
.
Kebohongan-kebohongan itu ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tidak ada satu kamera pun yang menangkap bangkai pesawat. Bahkan yang lebih menarik lagi dengan kamera yang berderet-deret di setiap jengkal bangunan Pentagon tidak ada satu pun yang merekam adanya pesawat yang menabrak bangunan. Malah yang berhasil mengambil gambar hanyalah sebuah kamera yang dipasang di sebuah pompa bensin dekat gedung Pentagon.
Ada berapa kali terlihat bagaikan ledakan yang memunculkan lidah-lidah api ke angkasa namun tidak terdeteksi sedikit pun gambar pesawat. Mengetahui bahwa kamera pompa bensin itu merekam kejadian tersebut, lalu oleh polisi federal kemudian kamera tersebut disita. Yang lebih menggelikan lagi ternyata tanggal perekaman tersebut tidak tertulis 11 September namun 12 September. Padahal oleh Pentagon diklaim bahwa pesawat ‘teroris’ bin Laden menghantam gedung pada pukul 9.31 pagi sementara pegawai di sana menyebut jam 9.38..
Rekayasa Pentagon terus bergulir namun kenyataan dan kebenaran tidak pernah mati. Misteri bangkai pesawat terus mengusik mereka yang kritis melihat dan menilai masalah. Penelitian terus dilanjutkan melihat sejauh mana kebenaran peristiwa 11 September.
Masih dari kejadian Pentagon, ternyata jatuhnya pesawat ke bagian dari bangunan Pentagon memang hanya isapan jempol belaka. Gambar-gambar yang diambil tentang runtuhnya atap bagian yang rusak ternyata tidak sekaligus namun perlahan-lahan. Tidak sebagaimana kejadian yang diceritakan oleh pemerintah Amerika. Sebelum atap bangunan runtuh terlihat bagaimana di depan bangunan ada gulungan-gulungan besar kabel. Sepertinya sebelumnya lagi ada perbaikan telkom disana. Kerusakan seperti ada tumbukan hanya sebagian kecil bangunan (seperti dilingkari dalam gambar).Para petugas pemadam kebakaran sedang sibuk untuk memadamkan api dan setelah beberapa waktu kemudian atap bangunan runtuh. Runtuhnya atap juga menarik untuk diperhatikan. Karena tidak seperti runtuh diakibatkan karena ledakan pesawat atau apapun.
Yang menariknya lagi, di sana hadir mobil pemadam kebakaran bernomor 331. Pemadam kebakaran ini milik bandara udara Washington. Ketika ada rencana dari sebuah stasiun radio untuk mewawancarai komandan dan dua orang saksi yang pada waktu itu bertugas memadamkan api di gedung Pentagon, tiba-tiba saja mereka mengatakan bahwa tidak bisa melakukan wawancara selama-lamanya bahkan kemudian kedua petugas itu di cutikan untuk waktu yang tidak ditentukan. Wawancara gagal.
Ada gambar-gambar yang memberikan penjelasan lebih jelas, proyek apa yang sedang mereka lakukan. Bagaimana sebenarnya atap bangunan bisa runtuh bila memang tidak ada pesawat?
Di sana ada sebuah lobang yang memang telah disiapkan untuk kemudian diledakkan. Dan dari ledakan itu kemudian dibuat sedemikian rupa bahwa ada pesawat yang menabrak bangunan tersebut. Ketika ditanyakan mana bangkai pesawatnya banyak penafsiran untuk hal itu. Persatuan Arsitektur Amerika yang merenovasi bangunan itu mengatakan bahwa, ketika pesawat tersebut masuk dan terus masuk kedalam dan menabrak bangunan, pesawat itu hancur berkeping-keping karena adanya tiang-tiang beton disana. Sayangnya itu tidak sesuai dengan bekas di luar bangunan yang tidak sebanding dengan ukuran pesawat dan kerusakan yang diakibatkannya.
Tidak ada bangkai pesawat mungkin itu bisa menjadi pertanyaan menarik kepada siapa saja yang sempat singgah dan melihat kejadian tersebut. Namun siapa yang mau tahu tentang itu?
Foto ini mungkin bisa menghilangkan sedikit kegalauan hati kita, karena mungkin pada waktu itu ada juga orang yang mempertanyakan hal yang sama kita pikirkan:
Sumber:
- Siaran televisi kanal satu Republik Islam Iran.
- www.letsroll911.org.
- www.thepowerhour.com.